KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang memberi kami rahmat dan kesempatan
untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan
Kepribadian Peserta Didik dengan Kecerdasan Ganda, Perkembangan Kreativitas
Peserta Didik dan Perkembangan dalam Kelompok Sebaya”.
Menilai profil atau tingkat kecedasan seseorang bukanlah pekerjaan yang
mudah, apalagi kecerdasan gandanya. Hingga kini tidak ada tes yang dapat
menilai sifat atau kualitas kecerdasan orang dengan benar-benar akurat. Tes-tes
standar hanya mengukur sebagian kecil dari keseluruhan spectrum kemampuan
manusia. Cara terbaik menilai kecerdasan ganda seorang atau bahkan diri sendiri
adalah melalui penilaian kinerja secara realistis pada berbagai macam tugas,
kegiatan, dan pengalaman yang berkaitan
dengan setiap kecerdasan.
Kami akan
coba membahas lebih dalam lagi tentang kecerdasan ganda yang dimiliki oleh
peserta didik. Apa saja yang termasuk dalam kecerdasan, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan kecerdasan.
Makassar,
19 April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL
KATA PENGANTAR................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 3
A.
Latar
Belakang......................................................................................... 3
B.
Rumusan
Masalah.................................................................................... 3
C.
Tujuan
Pembahasan.................................................................................. 4
BAB II. PEMBAHASAN............................................................................ 5
A. Pengertian kecerdasan............................................................................. 5
B.
Faktor yang
mempengaruhi kecerdasan.................................................. 5
C. Alat kecerdasan....................................................................................... 7
D.
Kecerdasan
ganda................................................................................... 7
E.
Implikasi perkembangan kreatifitas......................................................... 15
F.
Kecerdasan ganda dalam hubungan teman sebaya................................. 16
BAB III.
PENUTUP.................................................................................... 23
A.
Kesimpulan.............................................................................................. 23
B.
Saran........................................................................................................ 23
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Pendidikan
pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui
pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi.
Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah
memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi
yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan
dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih
diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Muncul keluhan dari pendidik atau guru bahwa mereka merasa bahwa menjelakan sejelas jelasnya tetapi ada saja anak didik yang tidak dapat memhami pelajaran dengan baik. Setiap kali orang belajar pasti melibatkan pikirannya dan didalam pikiran tersebut ada kecerdasan. Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahasnya di dalam makalah ini yaitu tentang “kecerdasan ganda (multiple intelligences)”.
Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Muncul keluhan dari pendidik atau guru bahwa mereka merasa bahwa menjelakan sejelas jelasnya tetapi ada saja anak didik yang tidak dapat memhami pelajaran dengan baik. Setiap kali orang belajar pasti melibatkan pikirannya dan didalam pikiran tersebut ada kecerdasan. Salah satu temuan yang sangat bermanfaat adalah bahwa setiap individu memiliki tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahasnya di dalam makalah ini yaitu tentang “kecerdasan ganda (multiple intelligences)”.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah yang disebut dengan
kecerdasan ganda ?
2. Apa saja jenis-jenis kecerdasan
ganda ?
3. Bagaimana cara yang dilakukan
pendidik dalam meningkatkan kecerdasan ganda ?
4. Bagaimana implikasi perkembangan
kreatifitas dalam kecerdasan ganda ?
5. Bagaimana kecerdasan ganda dalam
hubungan dengan teman sebaya ?
C. Tujuan
Pembahasan
Adapun tujuan dari pembahasan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian
kecerdasan ganda.
2. Untuk mengetahui jenis – jenis
kecerdasan ganda.
3. Untuk mengetahui cara – cara yang
dilakukan oleh pendidik dan guru dalam meningkatkan kecerdasan ganda.
4. Untuk mengetahui implikasi
perkembangan kreatifitas yang dimiliki seorang anak.
5. Untuk mengetahui hubungan
kecerdasan ganda dalam teman sebaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kecerdasan
Menurut
William Stern, kecerdasan adalah kapasitass umum dari kesadaran individu untuk
menyesuaikan pikirannya terhadap persyaratan atau tuntutan baru.
Sedangkan,Charless Spearman menyebutkan bahwa kecerdasan merupakan dua
kemampuan, yaitu kemampuan yang memegang tugas-tugas Intelektual dan sejumlah
kemampuan khusus (memecahkan persoalan). Bailer dan charles mengungkapkan bahwa
kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan dan memecahkan
persoalan-persoalan baru. Menurut Woudworh, kecerdasan itu sebagai suatu
tindakan yang bijaksana dalam menghadapi setiap situasi secara tepat dan
berhasil.
Menurut Gardner, intelegensi bukan
hanya sekedar nilai-nilai IQ semata, melainkan merupakan kepingan-kepingan
kemampuan yang berlokasi pada bagian-bagian yang berbeda dari otak.
Kemampuan-Kemampuan ini saling berhubungan, namun strategi mengembangkan
potensi kecerdasan anak bekerja secara mandiri. Intelegensi itu tidak statis
atau menetap sejak lahir. Jean Piaget melakukan penelitian pada perkembangan
intelektual anak sejak lahir hingga dewasa. Dan ia membagi perkembnagan itu
menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motorik, praoperasional formal. Dalam
perkembnagan sensori-motorik, anak dapat menghubungkan anatara indra dan
aktifitas, motoriknya melalui percobaan, dan anak mulai membedakan diri dari
realitas diluar dirinya. Dalam perkembnagan praopreasional, anak mulai
menggunakan bahasa dan dapat mengubah objek-objek kedalam bentuk simbol, baik
dalam pikiran maupun kata, namun masih bersifat egosentris. Perkembnagan
operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis dan memahami konsep
konservasi.
B. Faktor
Yang Memengaruhi Kecerdasan
Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi kecerdasan, yaitu:
- Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh
sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam
memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
Meskipun banyak argumentasi para
ahli tentang besaran pengaruh genetika atau faktor keturunan dalam perkembangan
kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak
berpengaruh. Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor
genetika berpengaruh terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan
sensori. Artinya seseorang akan berpikir dan bertindak dengan menggunakan
ketiga aspek itu secara simultan.
- Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan
kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
- Faktor Pembentukan atau Lingkungan
Dimana pembentukan adalah segala
keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.
- Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh
manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
- Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat
memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping
kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan
kebutuhannya.
- Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar
yang dapat mendorong pertumbuhan potensi seseorang. Penelitian menunjukkan
bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan pengalaman hidup yang
dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak-kanak yang memperoleh pengasuhan yang
baik dari ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak yang
kurang mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi.
Bila hal ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi
kecerdasan yang dimilikinya.
- Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak
membentuk kepribadian termasuk potensi kecerdasan seseorang. Lingkungan yang
memberikan stimulus dan tantangan diikuti upaya pemberdayaan serta dukungan
akan memperkuat mental dan kecerdasan.
- Kemauan dan Keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri
seseorang membantu meningkatkan daya nalar dan kemampuan memecahkan masalah.
Kemauan dan keputusan sering dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan positif
akan timbul dalam diri seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif,
sebaliknya jika lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran
untuk berkreasi. Otak yang paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan
potensi intelektualnya.
9. Aktivitas Belajar dan Kegiatan Harian
Aktivitas dan kebiasaan manusia
merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermakna bagi kesuksesan
seseorang. Menggali kebiasaan hidup sehari-hari sangat membantu dalam memetakan
pengalaman belajar yang dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam masyarakat. Implikasi dari model belajar terpadu melalui
aktivitas dan pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental
dalam praktek bersekolah-di-rumah yang bersifat padagogis dengan rangkaian
pengembangan kemampuan majemuk melalui kebiasaaan dan pengalaman yang
berlangsung sepanjang hayat. Dalam konteks pembelajaran di rumah, aktivitas
merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan nilai-nilai,
kebiasaan, tindakan, kerjasama dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola
hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Pelatihan bukan
upaya menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok
masyarakat, tetapi membangun kemampuan belajar berinteraksi dan merencanakan
perubahan kedepan.
C. Alat
Kecerdasan
Di dalam tubuh
manusia terdapat sebuah alat yang sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan
seseorang yaitu otak. Otak adalah
organ yang sangat kompleks. Seluruh tubuh dan gerak kita selalu ada di bawah
kendali otak. Otak bergerak berdasarkan pikiran. Antara otak dan pikiran sulit
dipisahkan. Otak adalah orang nyata yang kasatmata, sebaliknya pikiran bersifat
abstrak dan tidak bisa dilihat. Hasil kerja pikiran adalah nyata, dan ini
merupakan hasil kerja otak juga, yang menandakan bahwa pikiran dan otak pada
saat bekerja selalu bekerja sama.
D. Kecerdasan Ganda
1.
Pengertian Kecerdasan Ganda
Istilah kecerdasan atau
intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik. Namun
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang kecerdasanpun
berkembang. Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian
tentang otak manusia. Setiap individu tidak hanya memiliki satu kecerdasan
tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda.
Teori
Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner –
seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan
untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu.Jerold E. Kemp dan
kawan-kawan mengemukakan (1996) beberapa karakteristik individu siswa yang
perlu dipahami antara lain :
• Age and
maturity level
• Motivation
and attitude toward subject
•
Expectation and vocational level
• Special
Talent
• Mechanical
Dexterity
• Ability to
work under various enviro condition.
Salah satu
karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai
pendidik adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami
kecerdasan anak didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses
pengembangan potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi
terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa
tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang aa
pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem
persekolahan saat ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.
Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi diri mereka
secara optimal.
2. Jenis –
Jenis Kecerdasan
Ada delapan jenis kecerdasan yang
dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu :
A.
Intelegensi Bahasa (Linguistik)
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang berbahasa asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau kalimat baik lisan ataupun tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghafal.
g. Humoris.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
• Pengarang
• Penyair
• Wartawan
• Pembicara
• Pembaca berita
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang berbahasa asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau kalimat baik lisan ataupun tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghafal.
g. Humoris.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
• Pengarang
• Penyair
• Wartawan
• Pembicara
• Pembaca berita
B. Intelegensi Logis – matematis
Kecerdasan logis matematis
memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan hitungan, penghitungan atau
kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan operasi
matematis
yang kompleks.
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi logis
matematis :
a. Senang
bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka – teki.
b. Senang
dan pandai berhitung dan bermain angka.
c. Senang
mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.
d. Mampu
berfikir logis baik induktif maupun deduktif.
e. Senang
silogisme .
f. Senang
berfikir abstraksi dan simbolis.
Contoh –
contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan,
matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer
C. Intelegensi Visual Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan
spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir secara tiga
dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut,
pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu
dapat mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan
mengartikan atau mengkomunikasikan informasi grafis.
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual
spasiall :
a. Senang
merancang sketsa, gambar, desain grafik dan table.
b. Peka
terhadap citra, warna dan sebagainya.
c. Pandai
menvisualisasikan ide.
d.
Imaginasinya aktif.
e. Mudah
menemukan jalan pada ruang.
f. Mempunyai
presepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g. Mengenal
relasi benda – benda dalam ruang.
D. Intelegensi Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan
dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik. Orang-orang
yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor,
musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap
unsur suara.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal :
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal :
a. Pandai
mengubah atau mencipta musik.
b. Senang
dan padai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan
musik serta menjaga ritme.
d. Mudah
menangkap musik.
e. Peka
terhadap suara dan musik.
E. Intelegensi Kinestetik Tubuh
Kecerdasan kinestetik tubuh
adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek dan cakap
melakukan aktivitas fisik. Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan
kinestetik yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh. :
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh. :
a. Senang
menari atau akting.
b. Pandai
dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah
berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu
memainkan mimic.
e.
Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang
dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
g. Pandai
merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h. Senang
bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i. Senang
kegiatan di luar rumah.
F. Intelegensi Intrapersonal
Kecerdasan interpersonal adalah
kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat memahami dan dapat melakukan
interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal akan dapat
dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial, aktor,
politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal
merupakan salah satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
Berikut ini
individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra personal :
a. Mampu
menilai diri sendiri dan bermediasi.
b. Mampu
mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana hidup yang jelas.
c. Berjiwa
bebas.
d. Mudah
berkonsentrasi.
e.
Keseimbangan diri.
f. Senang
mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
g. Sadar
akan realitas spiritual.
G. Intelegensi Interpersonal (Sosial)
Kecerdasan intrapersonal
diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun persepsi yang akurat
tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat rencana
dan mengarahkan orang lain.
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi
intrapersonal
:
a. Mampu
berorganisasi, menjadi pemimpin dalam organisasi.
b. Mampu
bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok bekerja sama dalam
tim.
c. Senang
permainan berkelompok dari pada individual.
d. Biasanya
menjadi tempat mengadu orang lain.
e. Senang
berkomunikas verbal dan nonverbal.
f. Peka
terhadap teman.
g. Suka
memberi feedback.
h. Mudah
mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.
H. Intelegensi Naturalis
Keahlian mengenali dan
mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya. Para pecinta alam
adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan
ini.
Berikut ini
karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis :
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan
binatang dan
berburu.
b. Pandai
melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang
kegiatan di alam terbuka.
3.Cara Meningkatkan Kecerdasan Ganda
Gambaran umum dalam pembelajaran
saat guru menjelaskan adalah ada anak yang senang menerima pelajaran dan
berbagai macam sifat siswa di dalam tingkat kecerdasannya. Menurut Thomas
Amstrong, kita tidak dapat memberi label mereka sebagai “pebelajar verbal”,
“pebelajar visual” atau “pebelajar kinestesis” atau seterusnya karena tujuan
dari suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk memperluas dan mengembangkan
intelegensi/ kecerdasan anak didik. Tugas guru dan pendidik adalah bagaimana
menciptakan suasana belajar yang dapat mengembangkan semua kecerdasan yang ada
pada setiap individu anak didik. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua kecerdasan yaitu sebagai
berikut :
• Mengaktifkan
seluruh indra anak didik
• Melatih
intelegensi / kecerdasan yang berimbang
• Melatih
silang intelegensi / kecerdasan yang bebeda.
4. Faktor – Faktor Penting dalam Meningkatkan
Kecerdasan Ganda
Implementasi
teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
• Orang tua
murid
• Guru
• Kurikulum
dan fasilitas
• Sistem
penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini
orang tua murid perlu memberikan dukungan yang optimal agar implementasi teori
kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam konteks
pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak
mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan
dan bakat yang mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat
penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar implementasi teori
kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua hal yang
perlu diperhatikan yaitu :
• Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah
bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
• Kemampuan
mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsungØ
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsungØ
30 % belajar kooperatifØ
30% belajar independentØ
Implementasi teori kecerdasan ganda
membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai sumber (resources),
tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan pembelajaran. Dalam
menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan guru-guru
yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi kecerdasan
yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen
musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang
baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal. Sekolah yang menerapkan teori
kecerdasan ganda juga perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang
berkualitas. Fasilitas tersebut dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam
meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas
dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan
pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh
fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda
antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media pembelajaran yang
dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio. Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
5. Kecerdasan Ganda dalam
pembelajaran
Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan fungsi
kognitif yang menyatakan bahwa seseorang memiliki kapasitas dalam kesepuluh
kecerdasan tersebut dan berjalan secara bersamaan dengan cara yang berbeda pada
setiap orang. Orang pada umumnya mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada
tingkat penguasaan tertentu. Kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara
yang kompleks, karena kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain. Kecerdasan
majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam satu
kecerdasan tertentu maupun antarkecerdasan.
Setiap individu memiliki kesepuluh kecerdasan dan
dapat dikembangkan sampai pada tingkat kompetensi yang paling optimal. Di sisi
lain, masing-masing anak memiliki kecenderungan terhadap kecerdasan tertentu
atau kelebihan yang ditunjukkan melalui perilaku spesifik. Dalam pembelajaran
harus dihindari pembatasan kemampuan hanya dalam satu kategori atau wilayah
kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di perlakukan
sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang
memungkinkan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.
Dalam proses pembelajaran di sekolah, pengembangan
kecerdasan dapat dilakukan dengan teknik “tutor sebaya”, dengan cara guru
menyeleksi anak yang memiliki keunggulan dalam bidang tertentu. Anak yang
memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya, diminta untuk
membimbing teman-temannya yang kurang dalam bidang matematika. Demikian juga
untuk bidang kecerdasan yang lain.
Menilai potensi dan cara anak dalam mencapai tujuan
tertentu merupakan langkah awal dalam mengenal kecerdasan ganda. Tidak sada
satu tes pun yang dapat menghasilkan keputusan yang komprehensif mengenai
kecerdasan dan potensi pembelajar. Tidak selamanya tes formal mampu memberikan
informasi yang cukup mengenai kecerdasan seseorang, namun perlu dilengkapi
dengan berbagai alat uji lain seperti catatan sederhana, laporan pertumbuhan
fisik, dan observasi. Indikator pengamatan yang baik dapat menunjukkan
kecenderungan terhadap aspek kecerdasan seseorang, terutama cara menggunakan
waktu luang, minat terhadap suatu objek, kebiasaan dan tindakan yang menonjol.
Secara sederhana observasi membantu dalam menggali kecenderungan kemampuan
seseorang dan menentukan wilayah lain yang perlu dioptimalkan. Menyatukan
seluruh kecerdasan yang dimiliki menjadi prinsip yang dipegang oleh pendidik
dan orang tua.
E. Implikasi
Perkembangan Kreatifitas
Secara umum kreativitas dapat
diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap tentang sesuatu dengan cara
yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap
berbagai persoalan. Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas
merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan
imajinatif tinggi untuk menghasilkan sesuatu yang orisinil. Oleh karena itu,
kreativitas lebih dikatakan sebagai suatu yang lebih inovatif daripada
reproduktif. Desmita dalam bukunya Psikologi Perkembangan (2008:176)
memaparkan tentang perhatian para psikolog dan kalangan dunia pendidikan
terhadap kreativitas sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif yang
berperan dalam prestasi anak di sekolah, yang bermula dari pidato Guilford
tahun 1950. Guilford dalam pidatonya menegaskan bahwa kreativitas perlu
dikembangkan melalui jalur pendidikan guna mengembangkan potensi peserta didik
secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan seni.
Menyadari posisi strategis
kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu dikemukakan berbagai upaya
yang dapat mendukung pengembangan kreativitas terhadap pendidikan. Namun dalam
kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik,
melainkan hanya memungkinkan untuk dapat dimunculkan. Oleh sebab itu,
Treffinger (Depdikbud, 1999:105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang
dapat dikembangkan oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta
didik, khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru
diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran, menyiapkan berbagai media,
menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan posisi peserta didik
sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi yang tepat
sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.
F.
Kecerdasan Ganda dalm Hubungan dengan
Teman Sebaya
A. latar belakang dari hubungan dengan teman sebaya:
1)
Adanya perkembangan proses sosialisasi. Pada usia remaja (usia anak SMP dan
SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar
memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang
dewasa yang baru. Sehingga individu mencari kelompok yang sesuai dengan
keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan
merasa diterima dalam kelompok.
2)
Kebutuhan untuk menerima penghargaan. Secara psikologis, individu butuh
penghargaan dari orang lain, agar mendapat kepuasan dari apa yang telah
dicapainya. Oleh karena itu individu bergabung dengan teman sebayanya yang
mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu ingin dihargai. Sehingga
individu merasakan kebersamaan/kekompakan dalam kelompok teman sebayanya.
3)
Perlu perhatian dari orang lain. Individu perlu perhatian dari orang lain
terutama yang merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan dalam
kelompok sebayanya, di mana individu merasa sama satu dengan yang lainnya,
mereka tidak merasakan adanya perbedaan status, seperti jika mereka bergabung
dengan dunia orang dewasa.
4)
Ingin menemukan dunianya. Di dalam peer group individu dapat menemukan
dunianya, di mana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan
pembicaraan di segala bidang. Misalnya: pembicaraan tentang hobi dan hal-hal
yang menarik lainnya.
B. Hakikat teman sebaya / peer group
Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai
dari kelompok informal ke organisasi. Semula individu yang bukan anggota
kelompok sekarang menjadi anggota kelompok teman sebayanya. Anak-anak sebaya
akan berinteraksi dengan anggota teman sebayanya, sehingga ia bertumbuh di
dalamnya.
Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri
baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini juga dimiliki oleh organisasi sosial
lainnya dan merupakan harapan bagi anggota kelompoknya. Aturan-aturan itu,
misalnya bagaimana menolong teman sekelompoknya atau bagaimana memanggil teman
bila bertemu di jalan. Peer group menyatakan tradisi-tradisi mereka,
kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa mereka. Karena dalam peer
group mempunyai aturan-aturan tersendiri maka mereka juga ingin menunjukkan
ciri khas kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu
ada standar tertentu dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan
dalam bertingkah laku.
Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya
disetujui oleh harapan-harapan orang dewasa. Pembentukan kelompok sebaya
seperti kelompok bermain di sekitar anak secara tidak langsung disetujui oleh
orang tua, karena orang tua mudah mengawasinya. Atau kelompok teman di
sekolahnya disetujui oleh guru, karena memenuhi harapan guru agar anak
berkembang hubungan sosialnya. Pada kenyataannya peer group diketahui
dan diterima oleh sebagian besar orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan
sosial individu sering tidak dikenal oleh anak. Sebagai perbandingan dengan
lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah, maka peer group
anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang sempit sampai hubungan
sosialnya yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman sekolahnya
dan hal ini dapat
C. Fungsi teman sebaya
Fungsi-fungsi tersebut adalah
sebagai berikut:
- Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di tempat itu. Misalnya: orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
- Mengajarkan mobilitas sosial. Mobillitas sosial adalah perubahan status yang lain. Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Dalam hal ini Neugarten mengadakan penyelidikan pada kelas V dan VI, mendapatkan data bahwa apabila mereka ditanya siapa teman mereka yang paling baik, kebanyakan mereka menunjuk anak yang berasal di atas sosial mereka, baru kemudian anak dari kelas mereka sendiri.
- Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberi kesempatan bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya: anak yang belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan sebagainya.
- Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masayarakat. Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat dibandingkan dalam kelompoknya. Peer group di masyarakat sebagai sumber informasi, kalau salah satu anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer group itu berhasil. Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga baik.
- Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka saling tergantung satu sama lainnya.
- Peer group mengajar moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang dewasa.
- Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk menemukan identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lain juga mempunyai tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.
- Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Anak belajar tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat dalam keluarga. Dalam keluarga yang strukturnya lebih sempit, anak belajar bagaimana menjadi anak dan saudara. Sekarang dalam peer group mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana mereka berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain, dan bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut. Peer group menyediakan peranan yang cocok bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.
D. Ciri-ciri teman sebaya
Adapun ciri-ciri daripada peer
group adalah sebagai berikut:
- Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Peer group terbentuk secara spontan. Di antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Di mana semua anggota beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin, biasanya anak yang disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan fungsinya.
- Bersifat sementara. Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, maka kelompok ini kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih jika yang menjadi keinginan masing-masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka seperti pada teman sebaya di sekolah. Yang terpenting dalam peer group adalah mutu hubungan yang bersifat sementara.
- Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas. Misalnya teman sebaya di sekolah, mereka pada umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda lingkungannya, di mana mempunyai aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda-beda pula. Lalu mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga mereka saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasan-kebiasaan itu dan dipilih yang sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan kelompok.
- Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkritnya pada anak-anak usia SMP atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama.
E.
Pengaruh perkembangan teman sebaya
Menurut
Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:
- Kelas-kelas sosial. Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok miskin.
- ‘In’ dan ‘Out’ group. ‘In’ group adalah teman sebaya dalam kelompok. ‘Out’ group adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai ‘in’ dan ‘Out’ group ini dapat kita rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan teman tidak akrab (biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan ‘in’ group dan teman yang lainnya kita sebut ‘Out’ group.
Pengaruh
lain dalam peer group ini ada yang positif dan ada yang negatif.
Pengaruh
positif dari peer group adalah:
- Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
- Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
- Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap baik (menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
- Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih bakatnya.
- Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
- Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.
Pengaruh
negatif dari peer group adalah;
- Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.
- Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
- Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki kesamaan dengan dirinya.
- Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
- Timbulnya pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.
Berikut ini akan diuraikan beberapa
aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan teman sebayanya.
a.
Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya.
Seperti halnya dengan masa awal
anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak
menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Barker dan
Wright dalam Desmita (2009:224) mencatat bahwa: anak-anak usia 2 tahun
menghabiskan 10 % dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya
meningkat menjadi 20 %. Sedangkan anak usia 7 hingga 11 tahun meluangkan lebih
dari 40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya.
b.
Pembentukan kelompok
Interaksi teman sebaya dari
kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup atau kelompok, sehingga
periode ini sering disebut “usia kelompok”. Pada masa itu, anak tidak lagi puas
bermain sendirian di rumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota
keluarga. Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk
diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama
teman-temanya.
Dalam menentukan sebuah kelompok
teman, anak usia sekolah dasar lebih menekankan pentingnya aktivitas
bersama-sama, seperti berbicara, berkeluyuran, berjalan ke sekolah, berbicara
melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game, dan melucu. Tinggal di
lingkungan yang sama , bersekolah di sekolah yang sama, dan berpartisipasi
dalam organisasi masyarakat yang sama, merupakan dasar bagi kemungkinan
terbentuknya kelompok teman sebaya.
Krasnor dalam Desmita (2009:225) mencatat bahwa:
Adanya perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada
anak usia sekolah. Ketika anak berusia 6 hingga 7 tahun, kelompok teman sebaya
tidak lebih dari pada kelompok bermain; mereka memiliki sedikit peraturan dan
tidak terstruktur untuk menjelaskan peran dan kemudahan berinteraksi di antara
anggota-anggotanya. Kelompok terbentuk secara spontan. Ketika anak berusia 9
tahun, kelompok-kelompok menjadi lebih formal. Sekarang anak-anak berkumpul
menurut minat yang sama dan merencanakan perlombaan-perlombaan. Mereka
membentuk klub atau perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu.
Kelompok-kelompok ini mempunyai keanggotaan inti; masing-masing anggota harus
berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, dan yang bukan anggota dikeluarkan.
c.
Popularitas, Penerimaan Sosial, dan Penolakan
Pada anak usia sekolah dasar mulai
terlihat adanya usaha untuk mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain
dengan berbagai cara. Hal ini terlihat pada anak-anak kelas dua atau kelas tiga
yang telah memiliki stereotip budaya tentang tubuh. Misalnya saja dalam hal ini
mereka menilai bahwa anak laki-laki yang tegap (berotot) lebih disenangi dari
pada anak laki-laki yang gemuk atau kurus. Kemudian, pemilihan teman dari
anak-anak ini terus meningkat dengan lebih mendasarkan pada kualitas pribadi,
seperti kejujuran, kebaikan hati, humor, dan kreativitas.
Para ahli psikologi perkembangan
telah lama mempelajari pembentukan kelompok teman sebaya dan status dalam
kelompok untuk mengetahui anak-anak yang cenderung menjadi populer. Para
peneliti juga telah melakukan penelitian untuk menentukan mana anak-anak yang
sering sendiri dan mana anak yang disenangi oleh anak-anak lain. Dalam
penelitian ini, mereka telah menggunakan suatu teknik yang disebut sosiometri
(Hallinan, 1981), yaitu suatu teknik penelitian yang digunakan untuk menentukan
status dan penerimaan sosial anak di antara teman sebayanya. Dalam hal ini,
mereka secara khas menanyakan kepada anak-anak yang tergabung dalam suatu
organisasi (misalnya dalam ruang kelas), tentang mana anak-anak yang pantas dikelompokkan
sebagai “teman baik”, yang “paling disukai oleh anak-anak lain”, atau yang
“kurang disukai”. Atas dasar jawaban-jawaban dari anak-anak tersebut, para
peneliti menyusun sebuah sosiogram, yaitu suatu diagram yang menggambarkan
interaksi anggota suatu kelompok, atau bagaimana perasaan masing-masing anak
dalam suatu kelompok terhadap anak-anak lain. Sosiogram ini menentukan mana
anak-anak yang diterima oleh anak-anak lain, mana yang diterima sedikit teman
sekelas, dan mana anak yang tidak diterima oleh seorang pun. Berdasarkan
informasi ini, kemudian peneliti membedakan anak-anak atas dua, yaitu anak yang
populer dan anak yang tidak popular.
v Anak yang
Populer
Popularitas seorang anak ditentukan
oleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya. Hartup, 1983 (dalam Desmita,
2009) mencatat bahwa anak yang populer adalah anak yang ramah, suka bergaul,
bersahabat, sangat peka secara sosial, dan sangat mudah bekerjasama dengan
orang lain. Asher et al., 1982 (dalam Desmita,
2009), juga mencatat bahwa anak-anak yang populer adalah anak-anak yang dapat
menjalin interaksi sosial dengan mudah, memahami situasi sosial, memiliki
keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak
dengan cara-cara yang kooperatif, prososial, serta selaras dengan norma-norma
kelompok. Popularitas juga dihubungkan dengan IQ dan prestasi akademik.
Anak-anak lebih menyukai anak yang memiliki prestasi sedang, mereka sering
menjauh dari anak yang sangat cerdas dan yang sangat rajin di sekolah, demikian
juga halnya dengan mereka yang pemalas secara akademis (Zigler & Stevenson,
1993).
v Anak yang
tidak Populer
Anak yang
tidak populer dibedakan atas dua tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak dan
anak-anak yang diabaikan. Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang menerima
sedikit perhatian dari teman-teman sebaya mereka, tapi bukan berarti mereka
tidak disenangi oleh teman-teman sebayanya. Anak-anak yang ditolak adalah anak
yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya mereka. Mereka cenderung bersifat
mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak
yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif, hiperaktif,
kurang perhatian atau ketidak dewasaan, sehingga sering bermasalah dalam
perilaku dan akademis di sekolah (Putallaz & Waserman, 1990). Akan tetapi
tidak semua anak-anak yang ditolak bersifat agresif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Belajar tidak saja mengangkat
hal-hal yang bersifat kognitif saja dan mencakup kemampuan satu aspek
kecerdasan, tetapi menghidupkan secara utuh dan alamiah seluruh kecerdasan
melalui pendekatan yang sesuai. Mendidik dan melatih merupakan serangkaian
tindakan yang dilakukan orang tua atau fasilitator dalam merangsang seluruh
kecerdasan dan memperbaiki aspek-aspek yang masih lemah. Oleh karena itu,
kemampuan mendidik sangat erat kaitannya dengan kemampuan mengidentifikasi dan
melihat potensi kecerdasan pebelajar serta memahami bagaimana hal itu
dikumpulkan dalam suatu rangkaian belajar yang menarik.
Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan
menjadi aktivator bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan
berikutnya. Sedangkan pengalaman yang menakutkan, memalukan, menyebabkan marah,
dan pengalaman emosi negatif lainnya akan menghambat perkembangan kecerdasan
pada tahap perkembangan berikutnya.
Perkembangan kecerdasan dapat dilakukan dengan teknik
konseling tutor sebaya. Dengan cara, guru menyeleksi siswa yang memiliki
keunggulan dalam bidang tertentu. Anak yang memiliki keunggulan di bidang
matematika misalnya, diminta membimbing teman-temannya yang kurang matematika.
Pembimbing di dalam kelompok dapat bergantian tergantung pada kecerdasan apa
yang akan dikembangkan.
B. Saran
Dari makalah yang penulis sampaikan adapun saran
penulis adalah setelah membaca makalah ini diharapkan agar setiap orang mau
belajar untuk mengasah kecerdasan yang dimilikinya sehingga jika setiap orang
mampu menggunakan inteligensi / kecerdasannya yang paling kuat maka mereka akan
menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
v Asri Budiningsih. 2005. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Citra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar